Dalam dunia bisnis, para produsen dan perusahan akan menyusun rencana
dagang dan sebuah strategi pemasaran, banyak cara yang digunakan oleh
perusahan untuk memasarkan bidang usaha mereka, salah satunya adalah
melalui internet, di era globalisasi dan hi-tech ini tak dipungkiri
bahwa semua kalangan masyarakat sebagian besar kegiatan sehari-hari
didukung hampir 100% dengan koneksi internet, oleh karena itu perusahan
dengan alat pemasaran melalui internet ini mempunyai kesempatan besar
untuk mendapatkan konsumen. Calon konsumen akan dengan sengaja atau
bahkan tidak sengaja melihat iklan suatu produk jasa maupun barang yang
ditawarkan oleh berbagai macam perusahaan, bahkan calon konsumen dengan
mudah dapat hanya mengunjungi situs website dari perusahaan utuk melihat
barang dan jasa apa saja yang ditawarkan, pengetahuan konsumen tentang
visi dan misi perusahan tersebut juga tidak dibatasi walau tidak melihat
langsung ke lokasi. Di jaman sekarang ini konsumen pun mempunyai
kepercayaan besar untuk melakukan transaksi online kepada perusahaan
yang visi dan misinya jelas.
Untuk memulai suatu usaha, bagi perusahaan yang tidak kalah pentingnya
juga adalah melihat perilaku konsumen yang menjadi target pasar dari
jasa dan barang yang akan ditawarkan.
Dari materi perilaku konsumen ini juga ada beberapa sub pokok yang
penting untuk dibahas, oleh karena itu saya mencari referensi dari
internet untuk mendukung materi yang sedang saya bahas diblog saya.
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah ( low-involement ) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi ( high-involvement ) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah ( low-involement ) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi ( high-involvement ) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Berikut materi tentang pendekatan perilaku konsumen yang saya kutip dari http://sugiartha26.wordpress.com/2012/04/09/pendekatan-perilaku-konsumen/ :
Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal atau sering disebut dengan
teori nilai subyektif : dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh
seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif / dapat diukur,
dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi
berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar uang yang dikeluarkan
untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan memberikan
nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu keseimbangan
konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.
Para ahli ekonomi mempercayai bahwa utility merupakan ukuran kebahagian.
Utility dianggap bahwa ukuraan kemampauan barang / jasa untuk memuaskan
kabutuhan. Besar kecilnya utility yang dicapai konsumen tergantung dari
jenis barang atau jasa dan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi.
Sehingga dapat ditunjukan oleh fungsi sebagai berikut :
U = f ( X1, X2, X3………, Xn )
U : besar kecilnya kepuasan:
X : jenis dan jumlah barang yang dikonsumsi.
Besar kecilnya kepuasan yang diperoleh konsumen tergantung pada jenis dan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi.
Pendekatan Ordinal
Pendekatan nilai guna ordinal atau sering juga disebut analisis Kurva
indeference : manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan
barang-barang tidak kuantitif / tidak dapat diukur. Pendakatan ini muncul karena adanya keterbatasan – keterbatasan yang ada
pada pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti pendekatan cardinal
tidak memiliki kelebihan.
Konsep Elastisitas
- Konsep Elastisitas Harga
Elastisitas harga permintaan
adalah derajat kepekaan/ respon jumlah permintaan akibat perubahan harga
barang tersebut atau dengan kata lain merupakan perbadingan daripada
persentasi perubahan jumlah barang yang diminta dengan prosentase
perubahan pada harga di pasar, sesuai dengan hukum permintaan, dimana
jika harga naik, maka kuantitas barang turun Dan sebaliknya.
Sedangkan tanda elastisitas selalu negatif, karena sifat hubungan yang
berlawanan tadi, maka disepakati bahwa elastisitas harga ini benar
indeksnya/koefisiennya dapat kurang dair, dama dengan lebih besar dari
satu Dan merupakan angka mutlak (absolute), sehingga permintaannya dapat
dikatakan :
1. Tidak elastisitas (in elastic)
2. Unitari (unity) dan
3. Elastis (elastic)
- Konsep Elastisitas Silang
Permintaan konsumen terhadap
suatu barang tidak hanya tergantung pada harga barang tersebut. Tetapi
juga pada preferensi konsumen, harga barang subsitusi dan komplementer
Dan juga pendapatan.
Para ahli ekonomi mencoba mengukur respon/reaksi permintaan terhadap
harga yang berhubungan dengan barang tersebut, disebut dengan
elastisitas silang (Cross Price Elasticity of demand)
Perubahan harga suatu barang akan mengakibatkan pergeseran permintaan
kepada produk lain, maka elastisitas silang (Exy) adalah merupakan
persentase perubahan permintaan dari barang X dibagi dengan persentase
perubahan harga dari barang Y
Apabila hubungan kedua barang tersebut (X dan Y) bersifat komplementer
(pelengkap) terhadap barang lain itu, maka tanda elastisitas silangnya
adalah negatif, misalnya kenaikan harga tinta akan mengakibatkan
penurunan permintaan terhadap pena.
Apabila barang lain tersebut bersifat substitusi (pengganti) maka tanda
elastisitas silangnya adalah positif, misalnya kenaikan harga daging
ayam akan mengakibatkan kenaikan jumlah permintaan terhadap daging sapi
Dan sebaliknya.
- Konsep Elastisitas Pendapatan
Suatu perubahan
(peningkatan/penurunan) daripada pendapatan konsumer akan berpengaruh
terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perobahan
tersebut diukur dengan apa yang disebut elastisitas pendapatan.
Apabila yang terjadi adalah kenaikkan pendapatan yang berakibatkan
naiknya jumlah barang yang diminta, maka tanda elastisitas tersebut
adalah positif dan barang yang diminta sebut barang normal atau
superior. Bila kenaikan dalam pendapatan tersebut berakibat berkurangnya jumlah
suatu barang yang diminta, maka tanda elastisitas terhadap barang
tersebut adalah negatif dan barang ini disebut dengan barang inferior
atau giffen.
Sumber:
0 komentar:
Posting Komentar