Berikut ini merupakan tipe dan contoh dari consumer behavior :
1. CONSUMER INNOVATIVENESS
Setiap konsumen, pasti mempunyai keinginan untuk membeli sesuatu secara terus menerus. Namun jika pembelian ini berlebihan, maka hal inilah yang biasa disebut sebagai compulsive buying (Kwak et al., 2003). Kwak et al. (2003) menyatakan bahwa definisi apapun untuk menjelaskan compulsive buying haruslah memasukkan dua kriteria, yaitu:
Contoh :
source : http://journal.lib.unair.ac.id/index.php/ME/article/viewFile/910/905
Menggambarkan tingkat penerimaan
konsumen terhadap produk-produk atau jasa baru. Pemasar ingin mengetahui
bagaimana produk-produk baru bisa diterima konsumen. Konsumen memiliki
perbedaan dalam derajat keinginannya untuk mencoba hal-hal yang baru.
Dalam hal ini consumer innovative secara objective dan bisa menerima
sesuatu yang baru dan tipe orang yang terbuka dengan produk-produk
penemuan baru dari berbagai macam produsen , atau berbagai macam
negara.
Contoh :
Seorang remaja berumur 20 tahun
bertempat tinggal di perkotaan, dengan lingkungan yang sangat modern dan
mobilitas tinggi, membuat remaja ini memiliki kehidupan dengan
kebutuhan gaya hidup yang tinngi pula. Untuk seorang remaja yang sadar
akan teknologi, pada saat ia akan membeli sebuah gadget ia
mempertimbangkan mana produk terbaik untuk dirinya dan sesuai dengan
kepribadian dan kebutuhannya, ia tidak terlalu memperdulikan produk
tersebut berasal dari mana, yang jelas ia hanya menginginkan suatu
gadget yang bisa merepresentasikannya dan dapat mempermudah pekerjaannya
sehari-hari, untuk itu ia membeli gadget terbaru untuk berdasarkan
keperluannya.
source : http://id.scribd.com/doc/39939280/13/Gaya-Hidup-Lifestyle
Setiap konsumen, pasti mempunyai keinginan untuk membeli sesuatu secara terus menerus. Namun jika pembelian ini berlebihan, maka hal inilah yang biasa disebut sebagai compulsive buying (Kwak et al., 2003). Kwak et al. (2003) menyatakan bahwa definisi apapun untuk menjelaskan compulsive buying haruslah memasukkan dua kriteria, yaitu:
Contoh :
source : http://journal.lib.unair.ac.id/index.php/ME/article/viewFile/910/905
2. CONSUMER COMPULSIVE / COMPULSIVE BUYING
1) Perilakunya haruslah terjadi berulang-ulang, dan
2) Perilakunya haruslah menimbulkan masalah
bagi individu tersebut.
Berdasarkan dua kriteria di atas, maka Kwak et al. (2003) mendefinisikan compulsive buying sebagai ”pembelian yang terus menerus, berulang-ulang yang menjadi sebuah respon utama dari peristiwa-peristiwa dan perasaan-perasaan yang negatif.” Di mana aktivitas pembelian tersebut mungkin akan memberikan penghargaan dalam jangka pendek, dan sangat sulit untuk dihentikan serta akan menimbulkan konsekuensi yang berbahaya.
Contoh :
1) Perilakunya haruslah terjadi berulang-ulang, dan
2) Perilakunya haruslah menimbulkan masalah
bagi individu tersebut.
Berdasarkan dua kriteria di atas, maka Kwak et al. (2003) mendefinisikan compulsive buying sebagai ”pembelian yang terus menerus, berulang-ulang yang menjadi sebuah respon utama dari peristiwa-peristiwa dan perasaan-perasaan yang negatif.” Di mana aktivitas pembelian tersebut mungkin akan memberikan penghargaan dalam jangka pendek, dan sangat sulit untuk dihentikan serta akan menimbulkan konsekuensi yang berbahaya.
Contoh :
Dalam
compulsive consumption biasanya wanita cenderung melakukan hal ini
lebih banyak dan lebih sering ketimbang pria. Kebutuhan akan produk
kecantikan contohnya, produk kecantikan seperti sudaikh menjadi suatu
kebutuhan yang mendasar yang harus di penuhi oleh setiap wanita. Tak
heran perusahaan kecantikan berlomba-lomba merebut pasar wanita dalam
memenuhi keuntugan dalam penjualannya. Karena pemasaran yang gencar dan
baik, seakan kosmetik adalah kebutuhan hidup, maka setiap wanita pun
pastinya akan berlomba-lomba untuk menjadi cantik. Pada kasus ini,
psikologis wanita pun berpengaruh. misalnya, si A senang sekali membeli
peralatan make up, terutama eyeshadow dan bedak. mungkin untuk beberapa
kali dalam pembelian dan ia memang butuh produk tersebut, memang wajar.
Tetapi jika pembelian produk tersebut dilakukan secara terus menerus dan
berlebihan serta menimbulkan masalah, maka si A dapat disebut sebagai
consumer compulsive consumption. Hal ini sangat menguntungkan perusahaan
atau produsen tetapi dapat menimbulkan konsekuensi yang berbahaya dalam
kehidupan si A.
3. CONSUMER ETHNOCENTRISM
General theory :
Dari perspektif konsumer ethnocentric membeli produk impor adalah sesuatu yang salah, karena hal terebut melukai perekonomian domestik, menyebabkan hilangnya pekerjaan dan secara jelas tidak patriotis, produk dari negara lain merupakan momok bagi konsumen dengan tingkat ethnocentric yang tinggi (highly ethnocentric consumers). Sebaliknya nonethnocentric mengevaluasi produk lebih objektif, tanpa mempertimbangkan dimana produk tersebut dibuat. Dalam hubungan fungsional, consumer ethnocentrism memberikan individu suatu arti identitas, rasa memiliki dan suatu pengertian bagaimana pembelian yang dapat diterima dan tidak dapat diterima bagi suatu kelompok (Shimp and Sharma, 1987).
3. CONSUMER ETHNOCENTRISM
General theory :
Dari perspektif konsumer ethnocentric membeli produk impor adalah sesuatu yang salah, karena hal terebut melukai perekonomian domestik, menyebabkan hilangnya pekerjaan dan secara jelas tidak patriotis, produk dari negara lain merupakan momok bagi konsumen dengan tingkat ethnocentric yang tinggi (highly ethnocentric consumers). Sebaliknya nonethnocentric mengevaluasi produk lebih objektif, tanpa mempertimbangkan dimana produk tersebut dibuat. Dalam hubungan fungsional, consumer ethnocentrism memberikan individu suatu arti identitas, rasa memiliki dan suatu pengertian bagaimana pembelian yang dapat diterima dan tidak dapat diterima bagi suatu kelompok (Shimp and Sharma, 1987).
0 komentar:
Posting Komentar